Katak Yang Keluar dari Tempurung Hari masih sangat pagi, dengan muka kebingungan Yusuf duduk ditepi halte memandangi orang-orang di sekelilingnya. Ada bapak-bapak yang berpakaian rapi, namun mengeluarkan uang receh dari saku celana untuk membayar kopi dan roti sarapannya lalu berlari mengejar angkot dengan tetap mengunyah roti di mulutnya. Ada orang yang berpakaian lusuh tanpa alas kaki yang mengangkat beban dengan otot menonjol disana-sini tapi hanya menerima dua lembar uang ribuan. Ada pula seorang anak kecil yang tak berseragam sekolah, tapi justru mengenakan kaos oblong dengan rambut di cat warna-warni dan mengamen. “begitu berharganya kah uang receh di kota ini?”, “inikah ibukota?”, wajah Yusuf mendadak pucat dan serasa tak percaya dengan sambuatan Ibukota yang ia terima. Setelah merasa cukup lama menunggu dan angkot yang ditunggu tak kunjung tiba, Yusuf memutuskan untuk bertanya kepada seorang laki-laki yang mengenakan seragam hijau muda di sampingnya. “maaf Pak, angkot...