BANYAKNYA HARTA BUKAN UKURAN KEBAHAGIAAN

Kalau kau berfikir banyaknya harta adalah ukuran kesuksesan dan kemiskinan adalah bukti kegagalan. Kau tidak akan pernah menemukan ketentraman hati dan kebahagiaan.

Berapa banyak orang yg terbaring sakit tetapi tetap bisa mempersembahkan senyum terindahnya? Kau tahu kenapa? Karena dia yakin bahwa sakit yang dia derita akan menggugurkan dosa-dosanya yang telah lalu.

Berapa banyak orang yang "meski" hanya makan sekali sehari tetapi tetap mampu berbagi kepada orang yang membutuhkan? Kau tahu kenapa? Karena dia yakin bahwa barang siapa yang melapangkan saudaranya, dia akan dilapangkan oleh Allah SWT.

Lapang bukan berarti kaya, karena berapa banyak orang kaya yang merasa sempit, merasa kurang, merasa sedih dan marah saat mobilnya tergores. Kita bayangkan, kerugian mobil tergores itu belum sebanding dengan nikmat mobil itu sendiri. Banyak orang yang hanya naik scooter butut sebagai kendaraannya. Tapi itulah kenyataannya, harta tidak selamanya menjanjikan kenyamanan, ketentraman hati dan kebahagiaan.

Tanyakan pada diri kita masing-masing, "Untuk apa harta yang selama ini aku cari?" Bukankah jawaban kita sama, ingin BAHAGIA. Lalu apa gunanya jika harta yang banyak itu justru membuat tidur tidak nyenyak? Lalu apa gunanya mobil mewah yang pada gilirannya membuat was-was karena takut lecet saat ditinggal beribadah? 

Ayolah, jangan dipungkiri jika memang yang kita cari adalah "KETENANGAN HATI DAN KEBAHAGIAAN" 

Lalu perlukah kita bekerja? || Iya kita sangat perlu bekerja, karena Nabi Muhammad SAW mencium tangan yang kasar karena bekerja mencari nafkah untuk keluarganya.

Apakah yang berharta banyak tidak bisa bahagia? || Tentu bisa, bahkan lebih mudah menggapai ketentraman hati dan kebahagiaan jika niat dalam  mendapatkan harta itu benar.

Sehat bisa BAHAGIA karena nikmat, sakit pun BAHAGIA karena yakin sakit yang diderita akan menggugurkan dosa.
Punya Avanza bisa BAHAGIA karena bisa melindungi aurat istri dari mata yang tidak berhak memandangnya. Punya scooter butut pun BAHAGIA karena yakin itu adalah kehendak Allah Yang Maha Tahu. Mungkin jika sekarang diberikan mobil, bisa sombong atau merendahkan orang lain yang belum mempunyai mobil.

Ditulis dengan cinta karena menginginkan kita sama-sama merasakan kebahagiaan dan tidak terjebak dalam sengsaranya  diperbudak harta. Semoga harta yang telah dititipkan oleh Allah bisa kita gunakan sesuai dengan kehendak Allah SWT. Tetap Santun, Terus Menyapa.

Jakarta, 15 Maret 2016
Follow saya di twitter: @dedipurnomocom. Atau add saya di facebook
Atau kunjungi website resmi saya dedipurnomo.com

Popular posts from this blog

SURAT IZIN MENGEMUDI TIDAK PERLU DIPERPANJANG?

Program Billing Warnet Manual

Menghitung Gaji Karyawan Berdasarkan Golongan